Kamis, 05 April 2012

Langkah-langkah Membuat Drama


Drama

Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. drama juga sering disebut “sandiwara”kata ini berasal dari bahasa Jawa yaitu  Sandi (sembunyi) dan Woro (pesan), yang artinya pesan yang disampaikan secara sembunyi. Drama juga dapat didefinisikan sebagai cerita yang dipertunjukkan karena pada dasarnya drama merupakan dialog dari tokoh dalam cerita yang diperankan dalam panggung. Ketika sebuah drama baru berbentuk naskah, drama tersebut baru dapat dipahami belum dapat dinikmati.
Drama juga dapat didefinisikan sebagai cerita yang dipentaskan, suatu cerita yang baru dapat dinikmati apabila sudah “diperagakan”, sudah diwujudkan dengan gerak-gerak dan kata di atas pentas atau panggung. Seperti layaknya karaya sastra lain, cerita drama juga berisi serbaneka kehidupan manusia.
Dalam pementasan drama ataupun naskah drama, bahasa yang digunakan tidak meninggalkan “kaidah” karya sastra yang sering menggunakan bahasa konotatif. Lambang bahasa, kata kiasan, serta dialog yang berirama merupakan bahasa sastra yang juga digunakan dalam drama. Namun demikian penggunaan bahasa konotatif tersebut tidak digunakan secara menyeleruh. Hanya seperlunya atau dalam potongan-potongan kalimat dialog. Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari lebih dominan digunakan untuk menghindari kekaburan maksud atau inti dari pesan yang disampaikan, karena pada dasarnya drama merupakan miniatur kehidupan masyarakat.
A.     Unsur-unsur drama
Saat kita menyaksikan sebuah drama yang dilakonkan, emosi kita pun terlibat dalam cerita yang diperankan tersebut. Itu artinya, penulis naskah drama tersebut mampu membangun sebuah cerita menjadi konflik pada masing-masing tokoh sehingga cerita mengalir sebagaimana kejadian sesungguhya. Hal itu tidak terlepas dari kemahiran penulis naskah untuk menghidupkan drama tersebut. Nah, tertarikkah kamu untuk menulis sebuah naskah drama? Untuk dapat menulis naskah drama yang baik dan menarik, diperlukan latihan dan pemahaman tentang unsur-unsur yang dapat membangun sebuah naskah drama. Unsur-unsur tersebut disebut juga dengan unsur intrinsik drama. Unsur-unsur intrinsik drama, yaitu:


1.  Alur atau Plot
Alur disebut juga plot. Alur adalah jalinan atau rangkaian peristiwa berdasarkan hubungan waktu dan hubungan sebab- akibat. Sebuah alur cerita juga harus menggambarkan jalannya cerita dari awal (pengenalan) sampai akhir (penyelesaian). Alur cerita terjalin dari rangkaian ketiga unsur, yaitu dialog, petunjuk laku, dan latar/setting. Sebuah alur dapat dikelompokkan dalam beberapa tahapan, sebagai berikut.  
1.Pengenalan
Pengenalan merupakan bagian permulaan pementasan drama, pengenalan para tokoh (terutama tokoh utama), latar pentas, dan pengungkapan masalah yang akan dihadapi penonton.
 

Perhatikan penggalan teks drama berikut ini! .

 2. Pertikaian
Setelah tahap pengenalan, drama bergerak menuju pertikaian yaitu pelukisan pelaku yang mulai terlibat ke dalam masalah pokok.

Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!

Pada kutipan di atas terlihat bahwa drama sudah mulai masuk ke dalam tahap pertikaian atau konflik. Penggambaran masalah sudah semakin jelas bahwa Trisno sudah membuat karikatur yang mengejek. Kejadian itu berbahaya seperti terlihat pada perkataan Rini pada dialog di atas, yaitu "Bahaya?".
3. Puncak, 
Pada tahap ini pelaku mulai terlibat dalam masalah-masalah pokok dan keadaan dibina untuk menjadi lebih rumit lagi. Keadaan yang mulai rumit ini, berkembang hingga  menjadi krisis. Pada tahap ini penonton dibuat berdebar, penasaran  ingin mengetahui  penyelesaiannya.

Perhatikan  petikan drama berikut ini!
Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa puncak masalah itu  adalah Anton tidak menyetujui tindakan Trisno yang mencoba membelanya. Anton menganggap Trisno telah menghinanya, seperti terlihat pada kutipan dialog yang dicetak tebal di atas.
4. Penyelesaian
Pada tahap ini dilukiskan bagaimana sebuah drama berakhir dengan penyelesaian yang menggembirakan atau menyedihkan.  Bahkan dapat pula diakhiri dengan hal yang bersifat samar sehingga mendorong  penonton untuk mengira-ngira dan memikirkan sendiri akhir sebuah cerita.

Perhatikan penggalan teks  drama berikut ini!

Pada tahap penyelesaian drama ini dapat dilihat bahwa drama ini berakhir dengan bahagia karena permasalahan karikatur Trisno yang mengejek Pak Kusno akan diselesaikan oleh salah satu guru, seperti kalimat yang dicetak tebal pada kutipan di atas.
2. Perwatakan atau karakter tokoh
Tokoh adalah orang-orang yang berperan dalam drama. Dalam cerita, umumnya terdapat tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis). Tokoh-tokoh drama disertai penjelasan mengenai nama, umur, jenis kelamin, ciri-ciri fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya. Watak tokoh akan jelas terbaca dalam dialog dan catatan samping. Watak tokoh dapat dibaca melalui gerak-gerik, suara, jenis kalimat, dan ungkapan yang digunakan.

Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!

Dari dialog antara Pak Lurah dengan Pak Jagabaya di atas dapat dilihat bahwa perwatakan atau karakter kedua tokoh tersebut langsung diceritakan oleh pengarang, seperti gabungan kata yang tercetak tebal pada teks drama di atas.
3. Dialog
Ciri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk percakapan atau dialog. Penulis naskah drama harus memerhatikan pembicaraan yang akan diucapkan. Ragam bahasa dalam dialog antartokoh merupakan ragam lisan yang komunikatif.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
Disebut dialog karena percakapan itu minimal dilakukan oleh dua orang. Nah, kutipan teks drama di atas dapat disebut sebagai dialog karena diucapkan secara bergantian oleh tokoh yang bernama Yanti dan Asdiarti. Selain dialog, dalam drama juga dikenal istilah monolog (adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri; pembicaraan yang dilakukan dengan diri sendiri), prolog (pembukaan atau pengantar naskah yang berisi keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan), dan epilog (bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan intisari atau kesimpulan pengarang mengenai cerita yang disajikan).
4. Petunjuk laku
Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Petunjuk laku sangat diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Di dalam dialog, petunjuk laku ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di belakang kata atau kalimat yang menjadi petunjuk laku)

Perhatikan petikan drama berikut!
5.  Latar atau setting
Latar atau tempat kejadian sering disebut latar cerita. Pada umumnya, latar menyangkut tiga unsur, yaitu tempat, ruang, dan waktu.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!
 Dari penggalan teks  drama di atas  dapat diketahui bahwa latar cerita tersebut adalah di salah satu ruang yang ada di sekolah. Hal ini ditunjukkan dengan  kata-kata   tercetak tebal yang  menunjukkan bahwa dialog tersebut dilakukan di sebuah kelas.
6. Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung di dalam drama. Tema dikembangkan melalui alur dramatik melalui dialog tokoh-tokohnya. Tema drama misalnya kehidupan, persahabatan, kesedihan, dan kemiskinan.
Perhatikan penggalan teks drama berikut ini!

Tema kutipan teks drama di atas adalah tentang persahabatan tiga orang, yaitu Fani, Gina, dan Hana. Tema dalam sebuah cerita, baik novel, maupun drama, tidak semua seperti contoh di atas yang langsung diungkapkan oleh pengarang. Namun, lebih banyak tema sebuah cerita dapat ditentukan setelah membaca keseluruhan cerita.
7. Amanat

Dalam karyanya, pengarang pasti menyampaikan sebuah amanat.  Amanat merupakan pesan atau nilai-nilai moral  yang bermanfaat  yang terdapat   dalam drama. Amanat dalam drama bisa diungkapkan secara langsung (tersurat), bisa juga tidak langsung atau memerlukan pemahaman lebih lanjut (tersirat). Apabila penonton menyaksikan drama dengan teliti, dia dapat menangkap pesan atau nilai-nilai moral tersebut. Amanat akan lebih mudah ditangkap jika drama tersebut dipentaskan.
Perhatikan penggalan  teks drama berikut ini!

Pada kutipan di atas, amanat petikan drama tersebut diungkapkan secara tersurat  oleh pengarang, yaitu  "Kreativitas harus dibangkitkan"
B.      Jenis-jenis drama
Jika kamu pernah menonton sinetron atau film, pernahkah kamu menonton sebuah pertunjukan wayang atau lenong? Nah, sinetron, film, wayang, dan lenong juga merupakan drama. Sinetron dan film merupakan jenis drama modern, sedangkan wayang dan lenong merupakan jenis drama klasik. Agar kamu lebih memahaminya, bacalah pembagian drama berikut ini
1. Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu
  • Drama Baru/Drama Modern Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan memberikan pendidikan kepada masyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. Contoh drama baru/modern adalah sinetron, opera, dan film.

  • Drama Lama/Drama Klasik
    Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan sebagainya. Contoh drama tradisional/klasik, seperti 
     lenong (pertunjukan sandiwara dengan gambang kromong dari Jakarta), topeng Betawi, dagelan/ketoprak (sandiwara tradisional Jawa dengan iringan musik gamelan, diringi tarian dan tembang), wayang yang dimainkan seorang dalang, dan randai (tarian yang dibawakan oleh sekelompok orang yang berkeliling membentuk lingkaran dan menarikannya sambil bernyanyi dan bertepuk tangan).
2. Drama menurut kandungan isi ceritanya, yaitu
  • Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
  • Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
  • Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
  • Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
  • Lelucon/Dagelan Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
  • Operet / Operette adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
  • Pantomim Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
  • Tablo adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
  • Passie adalah drama yang mengandung unsur agama/relijius.
  • Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang.

C.      Naskah

            Setelah kita mengenal berbagai macam unsur-unsur dan jenis-jenis drama , akhirnya sampailah kita pada naskah. Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.
          Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.
  1. Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
  1. Lakon
Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
v      Dimensi fisiologi    ; ciri-ciri badani
usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
v      Dimensi sosiologi   ; latar belakang kemasyarakatan
status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dll.
v      Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan
temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dll. 
Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka lakon yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.


  1. Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
§         Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
§         Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
§         Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
§         Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
§         Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
D.    Membuat naskah drama
Drama merupakan bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan cara dipentaskan untuk masyarakat. Oleh karena itu, pada umumnya, cerita drama berisi tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Biasanya drama menceritakan tentang kemiskinan, perjuangan hidup, serta cinta kepada orang tua. Supaya drama yang kita tampilkan menarik, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah naskah drama itu sendiri. Naskah drama harus manarik sehingga pesan apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima dengan baik oleh para penonton. Berikut ini adalah cara mambuat naskah drama:
1. Menentukan Tema
 
Tema merupakan unsur yang sangat penting dalam  penulisan naskah, baik puisi, prosa, maupun drama. Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung di dalam drama. Tema dikembangkan melalui alur dramatik melalui dialog tokoh-tokohnya. Tema drama misalnya  kehidupan, persahabatan, kesedihan, dan kesedihan.
Kriteria tema  yang baik yaitu:
  1. Aktual
    Aktual dapat diartikan dengan kejadian yang benar-benar terjadi atau sesuai dengan kenyataan.
  2. Tidak menyinggung SARA
    SARA adalah  kependekan dari suku, agama, ras, dan antargolongan. Artinya, tema sebuah karya sastra tidak boleh menyinggung suku, agama, ras, atau antargolongan tertentu.
  3. Memberi suatu pengajaran/pendidikan bagi pembacanya
    Tema  sebuah cerita yang baik adalah yang dapat memberikan pengajaran dan pendidikan bagi pembacanya. Dengan kata lain, tema yang dipilih bukanlah tema yang tidak bermanfaat.
 2. Mendata Satuan Peristiwa
Peristiwa yang kita alami sehari-hari dapat dijadikan dasar untuk menulis sebuah naskah drama. Coba pilihlah satu peristiwa yang paling berkesan atau sangat istimewa dalam kehidupanmu untuk diangkat menjadi naskah drama. Pada materi ini, kita akan mempelajari cara membuat naskah drama satu babak. Satu babak dalam naskah drama terdiri atas beberapa adegan.
Pada bagan di atas telihat bahwa sebuah drama terdiri atas beberapa babak. Babak adalah bagian besar dalam suatu drama atau lakon yang terdiri atas beberapa adegan. Adegan adalah bagian dari babak yang ditandai dengan pergantian formasi atau posisi pemain di atas pentas. Sebuah adegan terdiri atas satuan-satuan peristiwa.
Kita bisa membuat naskah drama satu babak dengan cara mengidentifikasi peristiwa yang pernah dialami. Lalu, susunlah menjadi satuan-satuan peristiwa. Kemudian satuan-satuan peristiwa tersebut disusun menjadi sebuah adegan. Gabungan adegan-adegan itulah yang dapat membentuk satu babak dalam drama.  
3. Menyusun Sinopsis/Kerangka
Contoh identifikasi peristiwa yang umumnya pernah dialami, yaitu
  1. Saat pertama berjumpa dengannya,
  2. Saat menanti keputusan dari si cewek itu,
  3. Saat orang tua sedang dirawat di rumah sakit,
  4. Saat mewawancarai mang lili.
Setelah mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang pernah dialami, datalah satuan-satuan peristiwa tersebut.
Agar lebih jelas, perhatikan contoh satuan-satuan peristiwa berikut ini!
Peristiwa  yang dialami  adalah ”Saat  akan menerima berita  kelulusan dari  SMAN 1 Sukatani”
  1. Aku  dan teman- teman  telah mengikuti ujian akhir sekolah berstandar nasional pada tanggal 12 Mei 2011.
  2. Kami tak sabar ingin mengetahui hasil ujian tersebut.
  3. Pengumuman hasil ujian tersebut masih lama, kira-kira  tanggal 26 Juni 2011.
  4. Kami  hanya bisa berdoa  dan berserah diri kepada-Nya.
  5. Hari yang dinantikan itu pun tiba.
  6. Pagi itu, 26 Juni 2011,  aku terus memohon kepada-Nya agar aku  dan teman-temanku lulus dari SMAN 1 Sukatani.
  7. Ternyata aku lulus.  Semua temanku juga lulus. Senangnya hatiku.
Nah, sekarang satuan-satuan peristiwa tersebut telah menjadi kerangka dasar.  Setelah langkah ini, satuan-satuan peristiwa tersebut dapat dibuat menjadi  sebuah sinopsis.
Data satuan peristiwa yang sudah disusun kemudian  dikembangkan menjadi sinopsis atau kerangka  naskah yang  selanjutnya  disusun menjadi naskah drama satu babak.  Setiap karangan biasanya terdiri atas tiga bagian struktur pokok atau kerangka karangan, yaitu :
  1. Pendahuluan
    Bagian pendahuluan adalah bagian yang menjelaskan tema yang akan diterangkan pada karya tulis tersebut secara padat, jelas,  dan ringkas kepada para pembaca.
  2. Puncak/Klimaks.
    Bagian klimaks adalah bagian yang memunculkan konflik cerita yang terjadi di antara tokoh-tokoh. Kejadian dalam konflik bisa bermacam-macam bentuknya mulai dari yang ringan sampai yang rumit,
  3. Penyelesaian
    Bagian Penyelesaian adalah bagian yang berisi jawaban penyelesaian dari konflik dalam cerita. Kesimpulan akhir cerita bisa berakhir bahagia dan bisa juga berakhir tragis.
Dari contoh data satuan peristiwa ”Saat akan menerima berita kelulusan dari SMAN 1 Sukatani”, dapat dikembangkan sinopsis/kerangka seperti berikut ini.
           Pada tanggal  12  Mei 2011 lalu aku dan teman-teman  mengikuti ujian akhir sekolah berstandar nasional  di  SMAN 1 Sukatani, Bekasi.  Ujian itu berlangsung selama tujuh hari, dari hari Senin hingga Jumat. Sekarang  aku dan teman-teman  sedang menunggu pengumuman  kelulusan itu. Kami  tak sabar ingin mengetahui hasil ujian tersebut.  Hal ini wajar karena pengumuman hasil ujian tersebut masih lama, kira-kira  tanggal 26 Juni 2011. Meskipun aku  dan teman-teman sudah berusaha sebaik mungkin mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian tersebut, tetap saja kami  merasa tidak tenang.  Kami  hanya bisa berdoa  dan berserah diri kepada-Nya.  Hingga hari yang  dinantikan itu pun tiba.  Pagi itu, 26 Juni 2011,  aku terus memohon kepada-Nya agar aku  dan teman-temanku lulus dari SMA. Oh, betapa  senangnya hatiku karena aku lulus ujian, juga teman-temanku.
Sinopsis di atas terbagi atas tiga bagian, yaitu  pendahuluan  pada kalimat yang tercetak biru, puncak atau klimaks pada kalimat yang  tercetak merah, dan penyelesaian pada kalimat  yang tercetak hijau.
       4. Mengembangkan Sinopsis Menjadi Naskah Satu Babak
Tiga langkah menulis drama telah dilakukan, yaitu menentukan tema, mendata satuan peristiwa, dan menyusun data satuan peristiwa tersebut menjadi sebuah  naskah drama satu babak.
Berikut ini adalah contoh penggalan naskah drama satu babak yang dibuat berdasarkan  sinopsis/kerangka di atas.
Panggung menggambarkan sebuah  kelas. Ada  empat meja, empat kursi murid, sebuah meja dan kursi untuk guru, dan sebuah papan tulis. Di dinding kelas terlihat foto  Bapak Presiden dan Wakil Presiden. Letak  perlengkapan itu diatur sedemikian rupa sehingga memberikan kesan sebuah kelas.

Putri, seorang pelajar kelas XII, tampak tengah berbincang dengan teman sebangkunya. 
Putri 
:
(Sambil menulis sesuatu di buku tulisnya) Bay, kamu yakin kalau kita akan lulus  UN?
Obay
:
(Sedang asik membaca sebuah buku cerita) Aku yakin, Put. Kita ’kan sudah berusaha semaksimal mungkin.
Putri 
:
Iya,  aku tahu, tapi pengumuman kelulusan itu masih lama.  Ujian itu baru berlalu  lima hari yang lalu.
Aku penasaran ingin cepat mengetahui hasilnya.
Obay
:
Sabarlah Put..
Putri
:
Tapi aku benar-benar penasaran.
Obay 
:
Bukan cuma kamu yang penasaran, Put. Aku juga.
Putri
:
Betul. Teman-teman yang lain juga pasti seperti kita, ya, Bay?

1 komentar: